Jumat, 18 Maret 2016

Bersahabat Dengan Gadget, Bisa Kok! Ini Tipsnya


Si kakak seharian nempel aja sama gadgetnya. Kemana-mana selalu ada gadget di tangannya. Sampai ke kamar mandi, gadgetnya pun ikut serta. Untunglah si gadget hanya benda mati, jadi bisa dipastikan dia ga akan ngapa-ngapain si kaka. Setali tiga uang dengan si kakak, adik pun ga mau kalah. Bangun tidur yang di cari tablet bukan bundanya yang cantik atau ayah yang keren. Mau berangkat sekolah, di say “goodbye” dengan manis sama tablet yang dengan rapi di simpan di dalam lemari, sama Bunda dan Ayah cukup dengan menempelkan tangan ke pipi.

Pernah menemukan fenomena seperti itu? Melihat atau memang betul terjadi di dalam rumah kita sendiri? Ya, itulah keajaiban yang terjadi saat ini. Saat posisi Ayah dan Bunda, Kakak dan Adik, Orangtua dan Anak semakin tergeser oleh kehadiran gadget-gadget berteknologi canggih. Hubungan yang seharusnya hangat perlahan dan pasti berubah menjadi dingin, hambar, tanpa rasa.

Tidak menyalahkan kehadiran teknologi super canggih yang kini telah mewarnai kehidupan kita, tapi dengan kehadirannya di rumah bak selebriti membuat penghuni rumah kalap untuk berdekat-dekatan dengannya. Semua bisa terhipnotis dengan kehadiran benda penghubung dua dunia itu. Semua seakan memiliki dunia sendiri. Dunia yang dibuat hanya untuk dirinya sendiri dan terkunci untuk orang lain.

Pada dasarnya, teknologi canggih yang tertanam di dalam gadget itu memang kita butuhkan. Kehadirannya kini menjadi salah satu kebutuhan. Yang paling sederhana, kita membutuhkan gadget untuk berkomunikasi. Jika dulu saat alat komunikasi belum secanggih hari ini, kita hanya bisa menulis surat atau untuk yang lebih cepat menggunakan telegram yang jumlah katanya dibatasi. Atau untuk melakukan komunikasi langsung kita harus berjalan mencari telpon umum koin yang lebih banyak rusaknya karena kotak koinnya di bobol bocah tak bertanggung jawab. Begitu mewahnya sebuah handphone saat itu, hingga harganya kadang terlampau tinggi. Hingga tak banyak orang yang mampu memilikinya.

Kini, semua itu seakan berbalik 180 derajat tanpa celcius. Gadget dijual bak air mineral gelasan yang dijual pedagang asongan pinggir jalan. Murah, meriah dan hore. Semua perusahaan seluler berlomba mengeluarkan gadget murahan sampai mahalan. Semuanya dalam kemasan yang aduhai nan menawan. Seakan menggoda dengan lirikan maut lewat etalase-etalase toko yang mengkilap.

Tak main-main, telpon seluler murahan pun kini telah ditanam teknologi canggih. Jangan heran kalau tukang sayur punya akun whatsapp bahkan membuat grup sesama tukang sayur. Pekerja bangunan memiliki akun instagram dengan koleksi foto-foto hasil kerjanya. Dan, semuanya terjadi dengan mudah.

Teknologi canggih itu tidak bisa dihentikan arusnya karena mereka di buat dan yang pada akhirnya datang sesuai dengan kebutuhan. Yang memegang kendali untuk menerima atau menolak arus itu adalah diri kita sendiri. Membuat tanggul pertahanan mungkin diperlukan jika dirasa arus itu akan berbahaya. Sebagai konsumen, kita lah yang menjadi penentu.

Keharmonisan hubungan keluarga yang harusnya dijaga terkikis sedikit demi sedikit dengan hadirnya benda-benda itu. Semuanya seakan sibuk dengan kehadirannya. Seorang Bunda yang asyik dengan grup whatsappnya hingga mengabaikan balitanya yang merengek lapar. Seorang Ayah yang seru berselancar dengan Path sampai tidak menoleh sedikit pun saat si kakak mengajaknya bersepeda. 

Adik yang terhipnotis dengan game online sampai tidak menjawab saat sang bunda bertanya tentang kegiatan sekolahnya hari ini. Kaka yang ketawa sendiri dengan chat nya bersama teman-teman di seberang sana sampai tak sadar sang bunda telah berteriak menyuruhnya makan. Ya, itulah yang terjadi. Saat ini. Dan mungkin terjadi di rumah kita sendiri. Betapa menyedihkan suasana seperti itu jika itu memang terjadi dalam rumah kita sendiri. Rumah yang seharusnya penuh kehangatan dan kecerian asli keluarga. 

Bukan kecerian karena masing-masing tertawa sendiri dengan gadget yang sekan telah melekat kuat dalam genggaman. Bukan kehangatan karena sebentar-sebentar semua gadget antri di charge dan membuat rumah hangat karena radiasi.

Saatnya merubah semuanya, jika tidak ingin gadget lebih dalam meracuni kepala kita dan keluarga. Mengatur kepemilikan gadget dan jadwal berinteraksi dengannya. Orangtua yang bisa mengambil peran dalam mengaturnya. Dan, orangtua lah yang harus memberi contoh terlebih dahulu karena orangtua seakan menjadi big boss dalam rumah.

Aturlah jumlah gadget yang bisa berkeliaran dalam rumah. Untuk handphone, cukup orangtua dan anak yang sudah remaja yang bisa memilikinya. Untuk balita dan anak-anak, sebaiknya tidak diberikan terlebih dahulu. Mengingat mereka memang belum membutuhkan, efek radiasi yang dikeluarkan dari ponsel tidak baik bagi balita dan anak. 

Walau memang efeknya tidak baik bagi semua orang, namun balita dan anak yang paling rentan terhadap paparan ini. Untuk gadget lain seperti tablet pun, sebaiknya hindari penggunannya untuk anak balita. Sinar yang keluar melalui layar tablet pun disinyalir akan mempengaruhi fungsi otak anak. Untuk melatih motoriknya lebih disarankan untuk memberikan anak seember lego dan biarkan ia membuat benda sesuai imajinasinya.

Setelah mengatur jumlah gadget di rumah, kini aturlah jadwal berinteraksi dengannya. Ayah dan bunda sebaiknya tidak menggenggam ponsel saat berkumpul dengan keluarga. Gunakan momen berkumpul itu dengan mendegarkan cerita seru anak-anak tentang sekolah, pelajaran dan teman-temannya. 

Tinggalkan gadget dalam kamar, boleh dalam keadaan aktif bahkan lebih baik jika di non aktifkan, itu pilhan. Atau jika tidak bisa di non aktifkan, matikanah paket data atau koneksi internet sehingga segala akun sosial media otomotas tidak berfungsi sementara waktu. Karena, itulah yang membuat quality time orangtua dengan anak kadang berkurang bahkan hilang. Sebuah koneksi yang menjadi jembatan bagi dunia nyata dengan dunia maya. Memberi keasyikan semu tiada terkira hingga melupakan keasyikan nyata yang bisa didapatkan dari dunia nyata. Keluarga kita sendiri.

Bagi kakak dan adik, kurangilah berinteraksi aktif dengan gadgetmu bahkan menjadikannya sahabat karib. Ada orangtua yang siap menjadi sahabat luar biasa. Ayah bunda bisa menjadi pendengar yang sangat baik. Jika gadget canggihmu bisa habis batterynya, orangtuamu tidak akan pernah kehabisan battery bahkan energinya akan selalu ada untukmu. Mereka luar biasa, bahkan terlalu canggih jika dibandingkan dengan gadgetmu yang tiba-tiba bisa rusak. Ayah bunda tidak akan pernah bisa rusak, walau sakit sekalipun, mereka akan berusaha kuat agar bisa duduk mendengarkan keluh kesahmu.

Saatnya bersahabat dengan gadget. Loh, ko malah disuruh bersahabat dengan gadget? Bukannya kita diminta untuk menjauhinya? Maksud bersahabat disini bukan berarti kita diminta untuk berkawan baik hingga tak bisa dipisahkan. Maksud dari bersahabat disini yaitu menggunakan gadget yang kita miliki sebijak mungkin. 

Unduh dan gunakan aplikasi yang memang sangat kita butuhkan, jangan semua aplikasi gratisan kita jejal dalam gadget. Karena, yang seringkali membuat gadget kita rusak adalah saking banyaknya aplikasi yang kita ambil di playstore hingga kinerja gadget kita menjadi lamban. Yang pada akhirnya membuat gadget kita menyerah dan tewas karena tidak sanggup menanggung beban hidup. Maksimalkan fungsi asli gadget itu sendiri. Contohnya ponsel, fasilitas menerima dan melakukan panggilan juga layanan pesan pendek masih bisa di pergunakan dengan baik.

Matikan gadget di malam hari. Layaknya manusia, gadget pun butuh istirahat. Jika terus menerus digunakan tanpa memberikan jatah istirahat, ia pun akan cepat sakit. Jika sakit, kinerjanya akan berkurang dan akhirnya rusak.

Itulah maksud dari bersahabat dengan gadget. Memperlakukan mereka layaknya memperlakukan seorang sahabat. Memberikan waktu istirahat untuk mereka. Dan, mengurangi beban kerja dengan meminimalkan penggunaan aplikasi di dalam gadget.

Sementara gadget bersistirahat, gunakan quality time itu dengan menciptakan kehangatan dalam keluarga. Ayah bunda mendengarkan segala celoteh anak-anak sambil membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Kakak dan adik bercerita pada ayah bunda tentang kegiatan sekolah yang seru atau tentang rencana liburan kenaikan kelas. Sesederhana apapun yang menjadi topik pembicaraan, yang terpenting adalah momen berkumpulnya. Akan ada kehangatan yang tercipta, yang tidak bisa didapatkan dari gadget.

Mari, bersahabat dengan gadget mulai hari ini. Dan, ciptakanlah kehangatan yang lebih nyata. Kehangatan dari keluarga kita sendiri.


MomTalksTechno

Tidak ada komentar :

Posting Komentar